Gema Tani – Delegasi Kementerian Fiji mengunjungi Indonesia untuk mendalami lebih jauh kondisi pertanaman dan pengolahan singkong untuk menjajaki pengembangan ubikayu di negara Fiji, pada hari Kamis (25/8).
Terdiri dari lima orang, Delegasi Fiji tersebut mengunjungi pengolahan tepung singkong dan lahan pertanaman di Kabupaten Sukabumi. Kemudian, Mr. Aisake Taito selaku CEO iTaukei Trust Board memyampaikan ketertarikan negara Fiji untuk belajar tentang pengembangan produksi dan mekanisasi singkong.
“Kami ingin mengembangkan singkong di negara kami. Kami melihat Indonesia lebih maju dalam pengolahan singkong dan memiliki luasan pertanaman yang masif,” katanya.
Seperti yang diketahui, selama ini komoditas pangan pokok negara Fiji adalah umbi dan talas. Namun demikian mereka saat ini masih sebatas digunakan untuk konsumsi langsung, belum banyak ke arah pengolahan menjadi tepung tapioka.
Jim Taniela selaku GM Flour Mills of Fiji juga menyampaikan bahwa negara Fiji juga banyak menanam singkong namun belum diolah lebih lanjut untuk produk turunannya.
“Indonesia adalah negara yang besar, tentu kami ingin belajar bagaimana cara pengolahan dari singkong menjadi tapioka, kemudian bagaimana dengan limbahnya seperti sisa air maupun kulit singkong apakah bisa kita manfaatkan supaya tidak menjadi sampah,” jelasnya.
Kemudian, Jim menambahkan bahwa negaranya berniat untuk menjadikan tepung tapioka sebagai bahan baku adhesive glue.
“Kami kemarin ada mesinnya namun kami ingin mengetahui lebih jauh apakah standar penggunaannya sama dengan di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Sukabumi adalah sentra singkong di Provinsi Jawa Barat. Terdapat 6.000 hektar pertanaman dan memang lahan kami ini cocok untuk ditanam singkong.
Produktivitas rata-rata sekitar 25 ton per ha sehingga untuk Sukabumi produksi ubikayu sekitar 150 ribu ton. Pada kesempatan tersebut hadir pula Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Tuty Harahap.
“Singkong ini tanamnya mudah, pupuk pun tidak perlu banyak, dan kulitnya bisa diproses lagi menjadi pupuk organik dan makanan ternak. Jadi tidak ada limbah yang terbuang,” jelasnya.
Selain itu, Tuty juga mengakui bhwa pengolahan singkong di Sukabumi masih bersifat tradisional karena ada keterbatasan modal, teknologi maupun pemasarannya. Saat ini industri pengolahan singkong di Sukabumi masih sebatas tepung singkong, belum sampai ke tepung tapioka maupun mocaf.
“Untuk menjadi tapioka bisanya memang berbeda varietasnya. Kalau disini sekitar 30 persen singkong bisa jadikan tepung di musim kering, sedangkan di musim hujan tentu lebih sedikit sekitar 23 persen,” jelasnya.
Adapun rombongan delegasi Fiji juga berkesempatan mengunjungi lahan pertanaman singkong. Di lahan seluas 50 hektar tersebut sekaligus ditanam 10 varietas sebagai demplot uji pengembangan singkong. Kegiatan yang diinisiasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan ini digunakan sebagai display pertanaman.
Terakhir, dalam kunjungan tersebut Delegasi Fiji mengaku mendapat banyak informasi yang nantinya dapat diaplikasikan di negaranya. Delegasi Fiji selanjutnya berencana akan mengunjungi kembali Indonesia bersama Menteri Pertanian Fiji untuk melihat pabrik tapioka yang ada Lampung maupun Banjarnegara.(ri)