Gema Tani – Kota Batu, yang terletak di kawasan pegunungan Malang, Jawa Timur, telah lama dikenal sebagai pusat produksi apel yang terkenal. Apel dari Kota Batu telah memperoleh reputasi sebagai produk unggulan dengan kualitas yang sangat baik.
Namun, beberapa tahun belakangan ini para petani apel di kota Batu sempat mengalami kerugian hinga puluhan juta rupiah. Kerugian itu pun menyebabkan sebagian petani apel menyerah dan memilih untuk menebang pohon apel miliknya.
Kerugian tersebut juga dirasakan oleh Riyanto, salah satu petani apel di kota Batu yang masih bertahan sampai saat ini.
“Tiga tahun ke belakangan ini petani apel banyak yang merugi sehingga banyak pohon-pohon apel yang ditebangi karena tidak mampu untuk merawat,” kata Ryanto di Kota Batu, Jawa Timur.
Ia menjelaskan, sebelumnya para petani apel tersebut merupakan petani sayuran hingga pada tahun 1996 mereka memutuskan untuk mulai menanam apel.
“Pada saat itu harga apel bagus, pupuk juga murah, obat-obatan juga sangat murah, sehingga kita ingin jadi petani apel, nah dulu di daerah Punten maupun di bumiaji itu sukses dengan apel sehingga kami yang di dataran tinggi juga mulai menanam apel,” jelas Riyanto.
Kemudian, kata Riyanto, pada tahun 2018 merupakan puncak kejayaan petani apel sebelum akhirnya merugi. Saat itu, para petani apel di Kota Batu dapat meraup keuntungan sebanyak 30-70 juta dari luas tanah sekitar 5000 meter.
Namun tak lama setelah itu, para petani mulai merasa kewalahan merawat perkebunan apelnya. Hal itu terjadi karena tingginya biaya operasional dibandingkan dengan keuntungan.
“kita pernah dapat itu 4 juta 5 juta karena untuk biaya operasional kurang lebih 15-20 juta untuk lahan seluas 5000 meter,” kata dia.
Meski demikian, tak sedikit juga para petani yang bertahan untuk terus menjadi petani apel dengan menerapkan metode tumpang sari, yakni menanam sayuran seperti wortel, kol dan lobak di bawah pohon apel.
“Kami menerapkan ini tujuannya untuk bisa memberikan nilai tambah dengan nilai tambah ini kami tidak begitu kesulitan ya untuk memperbaiki ekonomi kami,” lanjutnya.
Sementara itu, Riyanto berharap para petani apel seperti dirinya mampu bertahan dan bersama-sama menyelamatkan perkebunan apel di Kota Batu.
“untuk semua petani apel kita harus bisa bertahan karena icon kota Batu adalah apel, kalau kita tidak mau menyelamatkan lalu siapa lagi yang mau menyelamatkan apel,” ungkapnya.
Terakhir, Sebagai petani apel Riyanto juga berharap agar pemerintah dapat memberikan solusi terhadap krisis yang tengah dialami para petani.
“Jika semua apel ini nanti punah maka icon kota Batu akan hilang, karena itu pemerintah kami berharapan supaya nanti ada solusi yang terbaik untuk petani apel di Kota Batu,” tutupnya. (ri)