Gematani.id – Buah matoa (Pometia pinnata), yang berasal dari Papua, telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya karena rasanya yang unik, tetapi juga karena kandungan nutrisi dan manfaat kesehatannya yang luar biasa. Dengan bentuk lonjong dan kulit yang berwarna hijau hingga cokelat saat matang, buah ini sering disamakan dengan rambutan atau kelengkeng. Namun, rasa dari buah ini memiliki karakteristik khas yang memadukan rasa durian dan kelengkeng.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas matoa telah menyebar ke seluruh Indonesia, dan semakin banyak orang yang mengenal serta menggemari buah asli Papua ini. Pasar buah lokal mulai sering menawarkan matoa, tidak hanya di Papua, tetapi juga di daerah lain di Indonesia. Minat terhadap buah ini semakin tinggi karena banyak yang mulai memahami kandungan gizinya yang kaya.
Buah matoa kaya akan kandungan vitamin C dan E, dua nutrisi penting yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta melawan radikal bebas yang berpotensi merusak sel-sel tubuh. Sementara itu, vitamin E sangat baik untuk kesehatan kulit, menjaga kelembapan, dan melawan tanda-tanda penuaan dini.
Selain kandungan vitamin, buah ini juga mengandung antioksidan tinggi yang mampu melindungi tubuh dari risiko penyakit degeneratif seperti jantung dan kanker. Berdasarkan penelitian dari Universitas Cenderawasih pada tahun 2020, ditemukan bahwa buah matoa mengandung antioksidan tinggi yang dapat membantu melawan radikal bebas, mendukung kesehatan jantung, dan mencegah penuaan dini. Dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of Ethnopharmacology, matoa juga dilaporkan memiliki potensi sebagai agen anti-inflamasi, yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.
Selain itu, buah matoa memiliki efek menenangkan dan dikenal membantu meredakan stres serta meningkatkan kualitas tidur. Kandungan gula alami dalam buah ini mampu memberikan energi secara instan, yang sangat bermanfaat untuk mereka yang membutuhkan tambahan energi cepat. Namun, konsumsi buah ini perlu dibatasi bagi mereka yang perlu memonitor asupan gula, seperti penderita diabetes.
Buah matoa biasanya dikonsumsi secara langsung setelah dikupas, atau bisa diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Beberapa cara yang umum dilakukan adalah menjadikannya campuran salad buah, jus segar, atau camilan sehat. Rasa manis dan segar dari buah ini sangat cocok untuk berbagai sajian kuliner.
Tak hanya daging buahnya, biji buah matoa juga memiliki nilai guna. Biji ini dapat diolah menjadi camilan atau bahkan digunakan sebagai bahan dasar minyak yang dimanfaatkan dalam produk perawatan kecantikan alami.
Di Papua sendiri, buah matoa telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, baik sebagai makanan sehari-hari maupun sebagai bagian dari acara adat. Kini, dengan distribusi yang semakin meluas, buah matoa mulai dikenal dan dinikmati di berbagai wilayah di Indonesia.
Meski popularitas buah matoa semakin meningkat, terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam hal produksi dan distribusi. Matoa hanya tumbuh optimal di daerah tropis dengan iklim yang lembap seperti Papua, sehingga budidayanya di daerah lain memerlukan perhatian khusus. Selain itu, faktor musiman juga mempengaruhi ketersediaan dan harga buah ini di pasaran.
Permintaan yang meningkat juga diikuti oleh harga yang fluktuatif, terutama saat musim panen berakhir. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani dan pedagang untuk menjaga stabilitas harga agar tetap terjangkau oleh masyarakat luas, namun tetap memberikan keuntungan bagi para produsen.
Buah matoa, dengan segala kekayaan nutrisinya, memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu buah unggulan Indonesia. Selain lezat, manfaat kesehatan dari buah ini sangat banyak, mulai dari memperkuat sistem kekebalan tubuh hingga menjaga kesehatan kulit. Keunikan rasa dan manfaat kesehatannya membuat buah ini semakin dicari oleh masyarakat luas. Dengan pengembangan dan dukungan yang tepat, buah matoa berpotensi untuk dipasarkan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga sebagai komoditas ekspor yang menguntungkan.