Harga Cabai Anjlok,
Petani Merugi Harus Nombok!
Harga cabai merah keriting yang saat ini berkisar Rp8.000 per kg membuat petani di Kulon Progo, Yogyakarta, pusing. Pasalnya harga tersebut berada di bawah biaya produksi.
“Dengan harga segini enggak bisa balik modal. Harusnya ya Rp10.000 ke atas, kalau dibawah itu ya berat buat kami,” ujar Ganang (29), salah satu petani cabai di Dusun 1, Garongan, Panjatan, Kulon Progo.
Ganang menjelaskan titik impas biaya produksi cabai berada di harga Rp10.000-Rp11.000 per kg. Jika harga diatas itu, petani dipastikan balik modal dan mendapat untung. Sebaliknya bila harga dibawah itu, petani tidak bias balik modal dan merugi. Padahal harga diatas belum termasuk upah yang diberikan petani kepada tenaga pemetik cabai.
“Gimana balik modal, buang ongkos tenaga aja masih nombok mas,” ujarnya.
Ganang mengungkapkan kondisi saat ini semakin tidak menguntungkan karena disaat bersamaan lahan pertanian cabainya terserang virus. Sekitar 50 persen tanaman cabai dari lahan seluas 2.000 meter persegi miliknya mati sehingga tidak bisa dipanen.
“Makin parah ini mas, udah harganya rendah, malah kena virus, jelas enggak bisa balik modal,” ungkapnya.
Keluhan serupa juga diutarakan petani lain, Rubinem (68). Ia mengaku sudah pesimis bisa balik modal jika harga cabai masih sama seperti saat ini. “Ini murah banget, ya jelas rugi dan gak cocok sama biaya buat perawatan dan sebagainya,” ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Bangun Karya, Dusun 1, Garongan, Panjatan, Sudiro mengatakan anjloknya harga cabai mulai terlihat sejak mei 2021 lalu. Ketika itu harga di tingkat petani menyentuh harga Rp6.000 per kg. kemudian perlahan naik dan kini bertahan di Rp8.000 per kg.
Menurut Sudiro, turunnya harga cabai di pasaran disebabkan karena adanya panen raya di pesisir Kulon Progo. Dimana lahan cabai seluas 750 hektar serentak dipanen dan alhasil harga di pasaran menjadi turun.
“Di Kulon Progo total lahan cabai seluas 750 hektar telah dipanen bulan lalu. Itu masuk wilayah pesisir selatan, mulai dari Pantai Trisik, sampai Glagah. Kemungkinan ini yang buat harga jadi turun,” ujarnya.
Sudiro mengungkapkan dengan harga saat ini petani sukar balik modal. Petanipun lanjutnya terpaksa menjual sesuai dengan harga sekarang. Di lain sisi, upaya mengolah cabai untuk dijadikan produk olahan lain demi menutup kerugian belum bisa dilakukan lantaran terkendala biaya.
“Kemarin dari dinas sebenarnya ada sosialisasi pengeringan cabai, tapi belum siap. Secara teori dan teknologi kami bisa, tapi untuk sampai tahap itu kan memerlukan biaya juga,” ucapnya.